Jumat, 12 Desember 2014

filsafat pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Begitu banyaknya dijumpai definisi filsafat pendidikan, diantaranya sebagai berikut, (a) filsafat pendidikan adalah teori umum tentang pendidikan, (b) filsafat pendidikan adalah serangkaian pandangan komprehensif dengan makna yang paling dalam atau kebenaran puncak/tinggi, (c) filsafat pendidikan adalah pemburuan yang terus menerus terhadap makna pendidikan yang luas, jernih, dan jelas, (d) filsafat pendidikan adalah mengaitkan teori pendidikan umum dengan sistem filosofis yang fundamental, (e) filsafat pendidikan adalah ilmu pendidikan yang bersendikan filsafat atau filsafat yang diterapkan dalam usaha-usaha pemikiran mengenai masalah pendidikan, (f) filsafat pendidikan adalah serangkaian pertanyaan/problema pendidikan yang bersifat filosofis, yaitu bagaimana konsep filsafat pendidikan  dapat disusun sehingga menemukan pola studi dalam lingkup pendidikan, (g) filsafat pendidikan adalah rumusan tentang pendidikan yang difokuskan pada kajian metafisika, epistimologi, aksiologi, dan estetika.
Keberadaan filsafat dalam ilmu pendidikan, menurut Arifin, bukan merupakan insidental. Artinya filsafat itu merupakan teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Filsafat mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki aspek-aspek realita dan pengalaman yang banyak dalam bidang pendidikan.
1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1.    Apa pengertian dari filsafat pendidikan ?
2.    Bagaimana peran filsafat pendidikan ?
3.    Apa saja aliran filsafat pendidikan itu ?
4.    Apa saja subjek/objek filsafat pendidikan itu ?
5.    Seperti apa pendekatan dalam filsafat pendidikan ?
6.    Bagaimana pandangan filsafat pendidikan dengan pendidikan ?
7.    Bagaimana hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan ?
1.3  Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan masalah ini adalah untuk mengetahui :
1.    Untuk mengetahui pengertian dari filsafat pendidikan.
2.    Untuk mengetahui aliran-aliran dalam filsafat pendidikan.
3.    Untuk mengetahui peranan dari filsafat pendidikan.
4.    Untuk mengetahui subjek/objek dari filsafat pendidikan.
5.    Untuk mengetahui pendekatan filsafat pendidikan dengan pendidikan.
6.    Untuk mengetahui hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan yaitu filsafat yang dituangkan sesuai dengan masalah pendidikan yang ada dalam penglihatan pihak yang menerapkan pendidikan itu. Filsafat pendidikan yaitu ilmu yang membahas tentang masalah-masalah pendidikan secara mendalam dan sistematis  serta menyeluruh, baik yang mencakup asas dan tujuan maupun mengenai masalah – masalah yang menyangkut dengan  kurikulum, metode, alat, faktor pendidikan dan mengintegrasikan semua ilmu pengetahuan yang menjadi dasar pendidikan.
2.1.1 Definisi Filsafat Pendidikan
Berikut ini beberapa pengertian filsafat menurut para ahli :
1.        Menurut Al-Syaibani (1979), filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.
2.        Menurut John Dewey (1957), filsafat pendidikan merupakan suatu penbentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju tabiat manusia.
3.        Menurut Imam Barnadib (1993), filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakikatnya meryupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan.
4.        Menurut seorang ahli filsafat Amerika Brubachen (Muzayyin Arifin, 1993), filsafat pendidikan adalah seperti menaruh menaruh kereta di depan kuda, dan filsafat dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar tunggal pendidikan.
5.        Menurut Kil Petrik, filsafat pendidikan adalah menyelidiki perbandingan pengaruh dari filsafat yang bersaingan daalm proses pendidikan dan pembinaan watak.
6.        Menurut Ali Saifullah dalam bukunya “Antara Filsafat dan Pendidikan, filsafat pendidikan adalah sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi atas normatif ilmiah, yaitu :
a.         Kegiatan merumuskan dasar-dasar dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya.
b.        Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education) yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan dan pengajaran termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan Negara.
2.2  Peranan Filsafat Pendidikan
Dalam mengkaji peranan filsafat pendidikan, dapat ditinjau dari tiga lapangan filsafat, yaitu
1.    Metafisika dan Pendidikan
Metafisika merupakan bagian dari filsafat spekulatif. Yang menjadi pusat persoalannya adalah hakikat realitas akhir.
Dengan lahirnya sains, banyak orang yang beranggapan bahwa metafisika merupakan barang kuno. Menurut mereka, penemuan ilmiah betul-betul dapat dipercaya karena dapat diukur, sebaliknya pemikiran metafisika tidak dapat dibuktikan kebenarannya dann tidak memiliki aplikasi praktis.
Metafisika merupakan bagian filsafat yang mempelajari masalah hakikat : hakikat dunia, hakikat manusia, termasuk didalamnya hakikat anak. Mempelajari metafisika bagi filsafat pendidikan diperlukan untuk mengontrol secara implisit tujuan pendidikan, untuk mengetahui bagaimana dunia anak, apakah ia merupakan makhluk rohani atau jasmani saja, atau keduanya.
Metafisika memiliki implikasi-implikasi penting untuk pendidikan karena kurikulum sekolah berdasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai realitas.

2.        Epistemologi dan Pendidikan
Kegunaan memahami epistemologi bagi pendidikan dikemukakan oleh Imam Barnadib (1976) sebagai berikut :
Epistemologi diperlukan antara lain dalam hubungan dengan penyusunan dasar kurikulum. Kurikulum yang lazimnya diartikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan, dapat diumpamakan sebagai jalan raya yang perlu dilewati oleh siswa atau murid dalam usahanya untuk mengenal dan memahami pengetahuan. Agar mereka berhasil dalam mencapai tujuan perlu diperkenalkan sedikit demi sedikit hakikat dari pengetahuan.

3.         Aksiologi dan Pendidikan
Aksiologi sebagai cabang filsafat yang membahas nilai baik san nilai buruk, indah dan tidak indah (jelek), erat berkaitan dengan pendidikan, karena dunia nilai akan selalu dipertimbangkan, atau akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan tujuan pendidikan.
Namun pada intinya, aksiologi menyoroti fakta bahwa guru memiliki suatu minat tidak hanya pada kuatitas pengetahuan yang diperoleh siswa melainkan juga dalam kualitas kehidupan yang dimungkinkan karena pengetahuan itu. Pengetahuan yang luas tidak mampu menggunakan pengetahuan itu untuk kebaikan.

2.3    Aliran Filsafat Pendidikan
Beberapa aliran filsafat pendidikan;
1.    Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
2.    Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme.
3.    Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.

1.        Filsafat Pendidikan Progresivisme
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks.  Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

2.        Filsafat Pendiidkan Esensialisme
Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada.
Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat hahwa alam semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.
3.        Filsafat Pendidikan Perenialisme
Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji. Menurut. perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya. Perenialisme berpandangan hahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:
a.         Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato)
b.         Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles)
c.         Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas)

2.4    Subjek/Objek Filsafat Pendidikan
1.    Subjek Filsafat Pendidikan
Subjek filsafat adalah seseorang yang berfikir/ memikirkan hakekat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam.  Subjek filsafat juga mempunyai arti pengetahuan yang luhur.
Hakikat manusia sebagai subjek didik mengandung pengertian sebagai berikut :
a.         Sebagai subjek didik, manusia bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri.
b.         Sebagai subjek didiik, manusia mempunyai potensi, baik fisik maupun psikis yang berbeda-beda.

2.    Objek Filsafat Pendidikan
Objek filsafat meliputi
a.         Objek material
Yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin ada baik yang material, phisis maupun yang non material, abstrak, dan psikis.
b.         Objek formal
Yaitu menyelidiki segala sesuatu untuk mengerti hakikat sedalam-dalamnya.

2.5  Pendekatan Filsafat Pendidikan
1.    Hubungan antara Filsafat Pendidikan
Hubungan antara filsafat dan pendidikan sangat erat, terutama dalam hal : (a) filsafat mengajukan pertanyaan filosofis yang memikirkan faktor realita dan mengolah pengalaman praktik pendidikan, (b) filsafat secara spekulatif menetapkan hakikat dunia dan hidup yang dijadikan landasan untuk menyusun konsep tujuan dan metode pendidikan serta pengalaman pendidikan untuk menuntun perkembangan anak.

2.    Usaha-usaha Pendekatan Filsafat Pendidikan
b.         Pendekatan filsafat pendidikan dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya dengan usaha pengelompokkan. Pengelompokkan secara klasik, yaitu : (a) analisis problem, (b) sistem formal, (c) keyakinan.
c.         Pendekatan yang dilakukan Theodore Brameld dibagi menjadi empat kelompok, yaitu (a) kelompok filsafat klasik (Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas), (b) kelompok filsafat modern (realisme, idealisme), (c) pragmatisme, (d) kelompok problematika sosial (Karl Mark, Karl Mannhein).
d.        Pendekatan lain yang lakukan oleh William F. O’neil adalah dengan menggagas istilah filsafat pendidikan lebih tradisional dari pada ideology.
e.         Sesuai dengan jiwanya, pedagogic memerlukan landasan dan bantuan landasan.
f.          Pendekatan filsafat terhadap pendidikan dapat dilakukan berdasarkan karakter berfikir filsafat.

2.6    Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan
Filasafat yang dijadikan pandangan hidup oleh suatu masyarakat atau bangsa merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa, termasuk aspek pendidikan. Filsafat pendidikan yang dikembangkan harus berdasarkan filsafat yang dianut oleh suatu bangsa. Sedangkan pendidikan merupakan suatu cara atau mekanisme dalam menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat itu sendiri.
Hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan menjadi sangat penting sekali, sebab ia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan, mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Jadi, terdapat kesatuan yang utuh antara filsafat, filsafat pendidikan dan pengalaman manusia.


2.7    Ruang Lingkup Bahasan Filsafat dan Filsafat Pendidikan
Filasafat adalah studi secara kritis mengenai masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan manusia dan merupakan alat dalam mencari jalan keluar yang terbaik agar dapat mengatasi semua permasalahan hidup dan kehidupan.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa ruang lingkup filsafat adalah semua lapangan pemikiran manusia yang komprefensif.
Secara makro, apa yang menjadi objek pemikiran filasafat yaitu permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan alam sekitarnya, juga merupakan objek pemikiran filsafat pendidikan. Namun secara mikro, ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi :
1.      Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan.
2.      Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan.
3.      Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan.
4.      Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan.
5.      Merumuskan hubungan antara filsafat Negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan).
6.      Merumuskan sistem nilai moral atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.
Dengan demikian, dapat di peroleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan adalah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan yang baik dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.
2.8    Ruang Lingkup Filsafat
Filsafat dapat dikatakan sebagai kegiatan yang berkaitan erat dengan segala sesuatu yang dapat dipikirkan manusia. Tidak semua kegiatan berpikir dapat dikatakan berfilsafat, karena manusia dapat berbagi atas beberapa tingkatan yang meliputi :
1.         Pemikiran Pseudo Ilmiah
Yaitu suatu kegiatan berpikir manusia yang didasarkan pada kepercayaan (mitos)
2.         Pemikiran Awam
Merupakan kegiatan tingkat berpikir manusia yang didasarkan pada akal sehatnya.
3.         Pemikiran Ilmiah
Merupakan kegiatan berpikir yang bermodus dan bersistem dengan menggunakan metode, paradigma ilmu pengetahuan tertentu
4.      Pemikiran Filosofis
Yaitu kegiatan berpikir reflektif yang meliputi kegiatan berpikir analisis, pemahaman deskriptis penafsiran dan penekaan dengan sasaran guna memperoleh kejelasan, kecerahan, keterangan pengertian dan pembenaran serta menyatu padukan berbagai objek.



BAB III
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
Filsafat pendidikan berasal dari arab yaitu falsafah. Filsafat juga berasal dari bahasa yunani yaitu philo bearti Cinta dan shopia yang bearti bijaksana. Jadi orang yang cinta bijaksana bearti orang yang berusaha memusatkan perhatian dan menciptakan sikap positif terhadap sesuatu.
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.  Filsafat juga bearti “alam fikiran. Filsafat berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.

3.2  SARAN

Pendidik harus lebih bisa memahami tentang pengertian filsafat, dan pendidik juga harus memahami tentang cabang-cabang serta aliran-aliran dalam filsafat pendidikan. Pendidik juga harus mengimplementasikan filsafat kepada peserta didiknya.

0 komentar:

Posting Komentar